Ilustrasi harga minyak dunia

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia meroket ke level tertinggi sejak Oktober 2023 karena investor memantau dengan cermat ancaman pasokan baru di tengah meningkatnya konflik di Timur Tengah dan serangan pesawat tak berawak Ukraina terhadap kilang minyak utama Rusia.

Dikutip dari CNBC, Rabu (3/4/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) untuk kontrak pengiriman Mei naik USD 1,44 atau 1,72%, menjadi USD 85,15 per barel. Sedangkan harga minyak Brent untuk ​kontrak pengiriman bulan Juni bertambah USD 1,53 atau 1,75%, menjadi USD 88,94 per barel.

Harga minyak Brent berjangka diperdagangkan dalam kisaran sempit antara USD 75 dan USD 85 per barel sejak awal tahun ini, namun meningkatnya risiko geopolitik dan data ekonomi yang kuat tampaknya telah mendorong pergerakan harga minyak lebih tinggi.

Anggota OPEC Iran menyalahkan Israel atas serangan udara mematikan pada hari Senin di konsulatnya di ibukota Suriah, Damaskus, yang dilaporkan menewaskan tujuh petugasnya.

Teheran pada hari Selasa berjanji untuk membalas serangan tersebut, yang dipandang sebagai eskalasi besar dalam perang Israel-Hamas. Israel belum menyatakan tanggung jawab dan juru bicara pemerintah mengatakan mereka tidak akan mengomentari laporan media asing, menurut Sky News.

Konflik Timur Tengah

Varga dari PVM memperingatkan bahwa potensi keterlibatan langsung Iran dalam perang Israel-Hamas dapat memicu konflik di seluruh kawasan dengan dampak yang masuk akal terhadap pasokan minyak.

Ukraina pada hari Selasa menyerang salah satu kilang minyak terbesar Rusia dengan serangan drone di wilayah industri maju Tatarstan di tenggara Moskow, sekitar 1.300 kilometer, atau 800 mil, dari garis depan konflik.

Kepala Tatarstan Rustam Minnikhanov mengatakan dalam postingan yang diterjemahkan Google di Telegram bahwa lokasi industri telah menjadi sasaran drone di kota Nizhnekamsk dan Yelabuga.

“Tidak ada kerusakan serius, proses teknologi perusahaan tidak terganggu,” kata Minnikhanov.

Rusia, anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang berpengaruh dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, telah dilanda serangkaian serangan pesawat tak berawak Ukraina dalam beberapa bulan terakhir dan berupaya untuk meningkatkan serangannya terhadap infrastruktur energi Ukraina.